LAGU JAMBI (SUMSEL)

Pakaian Adat Palembang

Pakaian Sumatera Barat

Pakaian Sumatera Barat
Foto Bersama

Jembatan Ampera

Kontributor

Kamis, 20 Agustus 2009

Tour Jakarta Bangkok (Thailand).4


Hari ke 4 di Bangkok Kembali ke Indonesia

Pukul 07.30 Pagi waktu setempat kami Chek out dari Emerad Hotel tentunya setelah sarapan pagi, langsung menuju Air Port Suvarnabhumi Bangkok semua bagasi harus melalui pemeriksaan imigrasi cukup memakan waktu, barang2 bawaan yang dibawa di cabin juga diperiksa dengan ketat, barang merupakan minyak wangi, odol ,minum kaleng maupun alat pembersih muka , tidak boleh dibawa kalau ketahuan barang tersebut harys ditinggal. Sebaiknya paspor maupun surat keterangan yang diperlukan untuk keimigrasian sebaiknya jangan dimasukan di koper karena kalau barang sudah masuk ke bagasi tidak bisa di ambil.

Sambil menunggu masuk ke ruang tunggu kami pergunakan untuk berfoto dan bebelanja serta melihat kemegahan dari Air Port yang konon terbesar termegah di Asia, adapun penerbangan kembali ke Jakarta jam 11.05, setelah semua barang diperiksa kami semua masuk ke ruang tunggu waktu tempuh adalah lebih kurang 3 jam kami transit di Kuala -Lumpur. Bangkok Kuala Lumpur ditempuh dalam dua jam, di Airport Kuala Lumpur pesawat mendarat jam 14.00 waktu setempat, kami sempat makan siang dan berada lebih kuran 1/ 2 Jam,

Di Kuala Lumpur kami ganti pesawat menuju ke Air Port Sukarno Hatta Indonesia setelah melalui pemeriksaan imigrasi lansung menuju pesawat yang akan membawa kami kembali ketanah air dengan membawa suatu kenangan dari Negara Bankok Thailand, dipesawat kami semua diam dan tidur dengan membawa suatu mimpi kapan lagi kami dapat melihat suatu Negara tetangga yang lain, menjelang jam 17.30 kamipun mendarat di Air Port Sekarno Hatta, setelah semua barang bawaan kami terima kami langsung menuju rumah mansing kecuali teman2 dari daerah lain mereka masih menginap 1 hari lagi di Hotel Kartika Chandra, maka berakhir sudah acara tour kita Bangkok- Pataya kali ini selama 4 hari 3 malam.

Sampai jumpa lagi dalam Tour Berikutnya.

Emran Hassan.





Tour Jakarta Bangkok (Thailand) 3







Hari ke 3 ( tiga ) di Bangkok


Mengunjungi Objek Wisata Noongnoch Village

Kesesokan harinya setalah sarapan pagi jam 07.00 kami bersiap2 untuk melanjutkan perjalanan kembali, setelah semuanya lengkap tepat jam 08.00 pagi bis-pun bergerak menuju ke perternakan lebah penghasil madu dari Thailand, adapun yang memberikan presentasi adalah orang Indonesia yang sudah menetap di Thailand, kami diterima dengan disuguhi minuman madu dingin dan diberitahu jenis lebah, dan bunga yang baik untuk menghasilkan madu, yang paling baik penghasil madu tersebut adalah bunga opium,juga dipakai sebagai bahan pembuat narkotik, dan biji dari bunga opium tersebut bisa juga dibuat untuk obat batuk yang sudah kronis, semua itu dapat dibeli di pusat pengembangan pembuatan madu tersebut.

Perjalanan dilanjutkan menuju objek Wisata Noongnoch Village Pusat seni budaya masyarakat Thailand yang tempuh lebih kurang 1 jam, pertama tama kami melihat pertujukan tari tarian dari budaya Thailand dengan beraneka jenis tarian yang menarik bagi kami, dan paling popular adalah seni bela diri khas negeri ini, adalah Thai Boxing aktrasinya sudah dikemas sedikian rupa walaupun tetap menonjolkan adegan keras juga diselingi dengan degelan yang menghibur para penonton yang beragam dari beberapa Negara. Kemudian kami melanjutkan melihat aktraksi pertujukan Corocodle yang juga sangat menegangkan bagaimana seorang Pawang Buaya dan Asistennya bermain dengan buaya.

Mulai dari bercanda dan mengoda buaya serta mencium buaya sampai dengan adengan memasukan kepala kedalam mulut buaya dengan giginya yang tajam tsb. Masih dalam satu komplek kami lalu menuju kesalah satu pertujukan lagi yaitu atraksi dari beberapa gajah, antara lain melukis bunga di baju kaus, bermain bola sepak, bermain bola basket serta bersalaman dengan para penonton semua itu tentunya di pandu oleh pawangnya masing2, yang sangat menarik mereka berkeliling agar penoton mau memberi tip, setiap mereka selesai melaku aktrasi2 nya, apabila penonton memberi uang mereka mengambilnya, tetapi apabila penonton memberikan yang lain seperti buah dan lain2 gajah tersebut tidak akan mengambilnya , jadi gajah tsb betul2 sudah dilatih secara propesional, dan sangat mengerti dengan nilai uang. Setelah melihat bermacam aktraksi tersebut hari sudah menunjukan jam 11.30 siang kami dikumpulkan untuk menikmati makan siang yang sudah dipesan, dan tempatnya juga dalam lokasi Arena Noongnoch Village, disini saya sempat berfoto bersama dengan turis dari Negara Korea.

Setelah beristriahat kira2 1 ( satu) jam kamipun kembali melanjutkan perjalan menuju VSK GEM FACTORY pusat pembuatan batu permata asli atau berlian, bermacam macam warna jenis, nama dari berlian tsb yang saya sendiri kurang begitu hapal, mengenai ukurannya ada besar, sedang, kecil, dengan harga yang bervariasi dari Rp 500 ribu s/d jutaan rupiah mata uang kita. Setelah puas melihat lihat cara bagaiman proses pembuatan dari batu asli mulai dari yang berbentuk batu kemudian dipecah sesuai dengan ukuran yang diinginkan, lalu diasah sampai betul2 sudah berbentuk serta berkilau selanjutnya diikat dengan Mas 22 karat maupun dengan Mas putih.

Kerena hari sudah menjelang sore, sedangkan acara masih akan dilanjutkan lagi ke pusat belanja yang terkenal di Thailand yang kalau di Indonesia Mangga Besar Mall, adapun namanya terkenal di kota Bangkok.yaitu MBK ( Mahboonkrong ) SHOPPING MALL, kamipun berkeliling mencari sesuatu yang mungkin tidak ada di Indonesia untuk dibawa sebagai oleh2, apabila melakukan tawar menawar cukup memakai calculator , penjual sebagian sudah agak mengenal sedikit bahasa indonesia jadi tidaklah begitu sulit untuk komunikasi,.Setelah puas berkeliling saya hanya membeli sebuah beberapa koas Armi look dan beberapa pakaian anak2 untuk cucu di Medan.
Lebih kurang jam 8.00 kami semua kembali menuju bis yang akan membawa kami pulang kehotel, sebelumnya kami makan malam disebuah hotel yang namanya saya agak lupa,, baru kemudian kami menuju ke hotel Emerad Hotel dimana tempat pertama kami menginap pada hari pertama, sesampai dihotel kamipun menuju kamar masing karena sudah seharian kami mengadakan perjalanan yang cukup melelahkan untuk segera beristrirahat .


Bersambung

Tour Jakarta -Bangkok (Thailand) 2






Hari ke 2 ( Dua). Di Bangkok

Mengunjungi Objek Wisata The Royal Grand Place dan Wat Arun Temple

Keesokan hari setelah semua sarapan pagi acara dilanjukan untuk mengujungi The Royal Grand Place ( Temple ) di dekat komplek istana Raja yang terkenal dengan sebutan 1000 (seribu) Tample , areanya sangat luas sekali empat persegi, saya tidak tahu pasti, berapa luas sesungguhnya , setelah membeli tiket kami dipersilahkan masuk dan diberi waktu 1 jam untuk keliling melihat kemegahan The Royal Grand Place ( Tample) yang dilapisan emas, kamipun berpencar masing2 melihat apa yang disukai, dan masuk kedalam candi sambil berfoto bersama, untuk dijadikan suatu kenang kenangan apabila sudah sampai kembali ke Indonesia. Setelah puas berkeliling dan berfoto foto kami segera berkumpul kembali untuk melanjutkan perjalanan

Route Selanjutnya adalah mengunjungi Chao Praya dengan perahu Motor, hari baru menunjukan pakul 9.00 pagi cuaca sangat cerah waktu kami menaiki perahu motor,, arus sungai lumayan deras dan berombak air nya jernih tidak banyak sampah yang dibuang kesungai. Lebih kurang 15 menit kamipun sampai di Chao Praya yaitu tempat pusat belanja murah, yang dagangannya bisa ditawar dengan bahasa Calculator uang rupiahpun mereka bisa terima setelah disesuaikan dangan mata uang Thailand yaitu Bath.Teman 2 semuanya menyerbu penjualan souvenir untuk oleh2 dibawa ke Indonesia, sehingga untuk melihat Wat Arun Temple jadi terlupakan. yang letaknya bersebalahan dangan pusat penjualan Souvenir tsb.

Bentuk dari Wat Arun Temple ( Candi ) ini berupa kerucut yang sangat tinggi sehingga untuk mencapai puncaknya dibutuhkan tenaga extra kuat dan prima, sehingga saya dan istri memutuskan tidak menaiki Tample (Candi ) tsb, cukup melihat dari kejauhan saja dari samping dan tidak menaiki Tample , kemudian saya dan istri ikut juga berbelanja membeli beberapa lusin kaus khas Thailand, kerajinan tangan, gelang kristal, Tas, serta gantungan kunci yang dilengkapin jepit kuku.

Setelah puas berbelanja rombongan segera kembali ke perahu untuk kembali lagi keseberang, diatas perahu kami diberi sebantal roti tawar untuk dilemparkan kesungai, untuk memberi makan ikan patin, yang diangap keramat bagi masyarakat thailand dan tidak diperolehkan dipancing maupun dijaring ( dijala). Sehingga ikannyapun besar2 dengan bebas mereka melahap roti yang dilemparkan ke dalam sungai .Melihat kenyataan ini hati saya tersetuh bagaimana tidak, mereka (Masyarakat Thailand) betul2 patuh menjaga adat budaya mau pun kepercayaan nenek moyang mereka, dan bagaimana kalau kondisi ini berada di Indonesia, tentunya ikan tarsebut akan di pancing atau dijala serta hasilnya akan dijual kepasar demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Setelah makan siang di sebuah Restoran dengan ber macam menu seperti Tom Yang dengan rasa asem2 pedas, Ayam Goreng dengan daun kemangi, banyak lagi yang saya sendiri kurang tahu jenis masakannya, perjalanan dilanjutkan menuju Objek Wisata ke Pantai Pattaya, yang sangat terkenal bagi turis2 Asia maupun turis manca Negara, Pantai Pattaya ini sempat dibikin judul lagu oleh Band Dara Puspita dari Indonesia asal kota Surabaya pada era tahun 70 puluhan. Meraka sangat terkesan dengan keindahan pantai dengan pasir putih yang di buat sebagai lirik lagu, dan lagu inipun menjadi terkenal walaupun pada waktu belum banyak masyarakat Indonesia yang pergi melihat kesana.

Perjalanan menuju ke Pantai Pataya memakan waktu lebih kurang 4 jam, udara pada waktu itu cukup panas sekali, walaupun Bis yang kami tumpangi memakai AC teman2 kebanyak tidur2an menjelang jam 5.00 sore hari, kamipun memasuki wilayah Pantai Pattaya. Sebelum sampai menuju hotel kami mampir sebentar untuk menyaksikan Pertujukan ALCAZAR SHOW yang jumlah Artis2nya lebih kurang 50 orang terdiri dari Waria asal Thailand kecantikan mereka benar2 luar biasa, melebihi wanita pada umumnya, kulit mereka putih halus mulus terurus, bodynya langsing-langsing, berdasar informasi yang kami dapat sangat mereka memang sangat rajin mengurus tubuh mereka, karena itu adalah modal mereka sebagai Aktris Show.

Atraksi dari merekapun tidak kalah hebatnya berbagai aksi demi aksi mereka tampilkan berbagai tari nyanyi, maupun lawak mereka tampilkan, termasuk beberapa lagu, baik dari Thailand, Singapore, Malaysia dan tak lupa juga lagu dari Indonsia, mereka menyanyikan dengan irama dangdut. Tak terasa lebih kurang 1 jam mereka menghibur kami makapun pertujukannyapun berakhir, Diluar gedung kamipun dapat berjumpa dengan Artis2 Waria tesebut dan beberapa teman ada yang berpose bersama mereka dengan memberi tip beberapa Bath mata uang Thailand.

Jam sudah menunjukan pukul 7.00 malam selanjutnya perjalanan kami lanjutkan menuju A. ONE Hotel yang sudah dipesan sebelumnya, keberadaannya persis dipingir pantai Pattaya bangunannyapun sangat arsistik kerena bentuknya merupakan kapal yang sendang sandar didamarga pantai Pattaya. Setelah semuanya mendapat kunci kamar kami langsung menuju kekamar masing2 untuk beristrirahat sejenak untuk membersihkan badan dengan mandi air hangat, selesai mandi kamipun menuju ruang makan yang sudah dipersiapkan oleh hotel sebagian dari pelayanan kepada tamunya.

Selesai makan malam kamipun diberi kebebasan untuk membuat rencana masing2 karena malam ini tidak ada acara khusus, setelah melihat pertujukan ALCAZAR SHOW, teman2pun membuat groep masing dangan acara yang mereka telah tentukan, Pantai Pattaya terkenal dengat pusat hiburan malam bagi turis asing, baik berupa cafe2, pusat2 belanja, oulet2 suvenir , termasuk life shownya, saya mendapat informasi dari gaide tentang ada hiburan life show yang banyak membuat para turis jadi penasaran untuk tidak melihatnya. Saya pun berunding dengan istri apakah mau untuk melihat life show tersebut dengan bayarannya sekitar 200 bath Thailand.

Dengan beberapa teman yang lain, kamipun berangkat menuju tempat life show dengan diantar oleh gaide pake kendaraan bis, setiba ditempat tersebut kamipun masuk dan semua hpn tidak boleh dibawa masuk, pertunjukannya sudah dimulai disebuah ruangan yang luasnya lebih kurang 50 m persegi dengan diberi balkon untuk penonton, Saya dan Istri memilih naik ke balkon agar dapat melihat lebih jelas karena dibawah sudah penuh dengan penonton yang telah datang lebih awal. Penontonnyapun bermacam-macam dari turis asing dari beberapa negara termasuk warga thailand sendiri.

Pertunjukan adalah biasa biasa saja, layak sebagai wanita2 model yang mempertunjukan baju buatan dari designer2, mereka masuk kepanggung satu persatu satu mereka berjalan dengan gayanya masing2 maupun dengan atraksi lainya, tetapi disini yang ditampilkan adalah keindahan dari bentuk tubuh mereka yang mulus karena usia mereka masih muda2 kira 20 tahun s/d 25 tahun , mulai tampil dengan berpakaian seadanya, kemudian sambil berjalan melengang lengok sambil melepaskan satu persatu pakaian melekat dibadan mereka, kemudian yang tinggal hanya badan mulus mereka tanpa sehelai benang / atau baju yang melilit ditubuh mereka. Atraksi mereka berjalan terus menerus dengan jumlah model kira2 15 orang berganti ganti, sampai menyelesaikan satu paket , kemudian diteruskan dari awal lagi sedang pengunjung terus berdatangan.

Setelah melihat atraksi lebih kurang 45 menit kamipun keluar untuk kembali ke hotel dengan membawa suatu kenangan yang baru dinegeri orang, sebelumnya saya dan istri masih sempat menikmati kehidupan dipantai dengan deburan ombak yang cukup jelas terdengan dari pinggir jalan, cahaya lampu menerangi tempat2 hiburan yang banyak memenuhi jalan di Pantai Pattaya tsb. Menjelang pukul 10.00 malam sayapun kembali ke hotel untuk beristrirahat karena besok akan melanjutkan perjalanan lagi sesuai dengan acara yang telah ditentukan.

bersambung

Senin, 06 Juli 2009

Tour Jakarta Bangkok






Tour Jakarta Bangkok Dengan Bumiputera

Hari 1 ( Pertama) di Bangkok

Pada Tangal 5 Pebuari 2008 jam 17.00 wib kami berjumlah 60 Org dari sejumlah daerah di Indonesia di kumpulkan di Hotel Century dalam rangka perjalan Tour ke Bangkok, ini adalah reward dari Bumiputera yang diberikan kepada Marketing yang telah berhasil mencapai target Rp 1,5 Milyard utk periode thn 2007.

Kami di jamu makan malam disamping untuk briefing terachir juga pemberian uang saku dan menginap semalam untuk keberangkatan besok jam 7.00 pagi. Setelah makan malam

Ketua Rombong dari travel memberikan penjelasan hal untuk keberangkatan , Rombongan dibagi dua yaitu, rombong pertama diberi tanda pita merah dan rombongan kedua diberikan pita hijau. Setelah selesai jam 21.00 kamipun dipersilahkan beristrirahat setelah masing2 diberikan kunci kamar dan kebetulan saya membawa istri jadi kami diberi satu kamar.

Keesokan pagi, setelah semua sarapan pagi tempat jam7.00 wib rombongan berangkat menuju Bandara Sukarno - Hatta, Tiba di Bandara jam 09.00 wib kita langsung Check in / Boarding dan Jam 11.10 wib pesawat take off menuju Bankok Via Kualaumpur dengan MH 710 dengan masa penerbangan ke Kualalumpur lebih kurang 3 Jam. Tiba di Kualalumpur jam 14.10 dan Transit, melanjutkan perjalanan menuju Bangkok dengan pesawat Malaysia airlines – MH 782.

Jam 16.20 kami tiba di Airport Bangkok Suvarnabhumi yang masih baru diresmikan yang bisa menampung puluhan pesawat dari beberapa Negara, juga dengan kapasitas landing dan take of dua jalur sekaligus. Kami semua turun dari pesawat untuk pemeriksaan imigrasi berbaur dengan penumpang lain yang sama 2 tiba di Bendara Bangkok tsb, antriannya cukup panjang memakan waktu cukup lama utk pemekriksaan Imigrasi.

Setelah semuanya selesai dengan urusan imgrasi, dengan dipandu petugas Travel di Bangkok, kami menuju mobil yang sudah disiapkan dan kami difoto bersama dengan sorang wanita Thailand dengan dikalungi seuntai bunga. Selanjutnya berserta rombongan kami dibawa kesebuah Restoran bernama Royal Dragon untuk makan malam, yang menurut Gaide adalah Restoran terbesar disana, untuk melayani tamu para pelayannya harus memakai sepatu roda agar cepat dalam memberikan pelayanan .

Selesai makan malam kami langsung menuju hotel bernama Emerad Hotel dengan alamat 99/1 Ratchadapisek Rd Din Daeng yang sudah dipesan terlebih dahulu oleh rekanan dari Travel Jakarta. Sampai di Hotel jam sudah menunjukan pk 20.30 malam, setelah diberi kamar masing 2, kami disuruh beristirahat karena pada malam itu tidak ada acara, tapi bagi yang mau berjalan jalan dipersilahkan, akan diantar oleh Gaide , teman2 ada yang ingin melihat acara yang popular bagi Tourist adalah pertujukan Tiger Show Plesetan ( Thailand Girl Show ) merupakan aktraksi extrim antara Pria dan Wanita, sedangkan saya dan istri memilih untuk istirahat dan tidur.

Bersambung

Selasa, 02 Juni 2009

Pernikahan dengan pakaian adat Sumatra Barat









Pernikahan Antara Sumtera Barat dengan Betawi

Kembali aku menjadi Among Tamu pada pernikahan Keponakan pada Tgl 09 Mei 2009 bertempat di TMII Antara Erzan Bahsan Putra dari Drs Bahsan dari daerah Sumatera Barat dan Vanny H Ruslan dari Daerah Betawi dan yang dipakai adalah Adat Sumatera Barat. Sedang yang dipakai adalah pakaian dari daerah Sumatera Barat. Berbeda dengan perkawinan dari daerah lain, chususnya perkawinan dari Sumatera Barat sedikit Unit.

Secara Chusus banyak sekali ritual2 yang harus dilakukan kalau menurut yang sebenarnya, tapi disini yang diutamakan adalah acara penyerahan carano kepada calon penganti Pria dari pihak mempelai wanita dimana, disini pihak calon mempelai Wanita harus melakukan peminang dengan membawa symbol sebuah tempat ( Carano ) yang mana didalamnya berisikan beberapa lembar daun sirih hijau, kapur sirih, sebuah pinang, gambir dan sebungkus rokok yang akan diserahkan kepada calon mempelai pria sebagai tanda bahwa keluarga wanita menginginkan calon mempelai pria menjadikan suami dari anak perempuan keluarga calon mempelai wanita.

Jam 7.30 pagi acara untuk peminanganpun dimulai kami dari pihak mempelai pria sudah bersiap-siap menantikan kedatangan dari keluarga calon mempelai wanita, kedatangan perwakilan mempelai wanita itupun kami sambut dan kami persilahkan masuk kedalam rumah, dengan diwakili tetua dari calon mempelai pria kamipun menanyakan maksud dan tujuan dari kedatangan mereka, dengan sedikit berbasa basi dengan bahasa minang mereka lalu menyampaikan maksud dan tujuan mereka sambil menyerahkan tempat ( carano ) yang berisikan daun sirih dan kelangkapnya itupun kami terima.

Setelah itu wakil dari tetua pihak mempelai Pria meminta waktu untuk kami beruding sebentar, meminta kesepakatan apakah pinangan pihak wanita itu dapat diterima atau tidak, kamipun sepakat untuk diterima, kemudian tetua kami mengambil sehelai daun sirih,sedikit kapur, dan gambir kemudian dalipat dimakan, secara simbolis dangan dimakannya pemberian dari pihak mempelai wanita, ini sudah menunjukan bahwa pinangan pihak mempelai wanita diterima.

Kemudian kami menuju ke mesdjid yang ada di komplek TMII untuk melangsungkan akad nikah dari kedua calon mempelai ini, dimesdjid kami sudah ditunggu penghulu dari ( KUA) , ijab Kabul segera dilaksanakan cermat dan singkat, setelah kedua mempelai selesai mengucakap ijab Kabul selanjutnya dari pihak mempelai pria , sesuai dengan adat minang maka dilaksanakan pemberian gelar dari Datuk dari suku Chaniago , gelar dibacakan oleh tetua kami dan gelar diberikan kepada mempelai pria dengan gelar Sutan Mandjo Indo .

Selanjutnya kedua mempelai disuruh memohon restu dari masing 2 kedua orang tua mereka, kalau adat Jawa yaitu acara sungkeman , setelah doa restu diberikan kepada kedua mempelai serta kami menuju gedung utama untuk menganti pakaian minang sebagai perlambang adat minangkabau, sayapun menganti pakaian dengan pakaian adat minang sebagai Among Tamunya. Selesai menganti pakaian kamipun bersatap bersama-sama kedua mempelai dengan santapan Lontong Cap Gohme supaya pada saat menerima tamu nanti tidak kelaparan atau masuk angin karena jam 11.00 siang para tamu undangan mungkin sudah pada datang sesuai dengan undangan yang diberikan, setelah semuanya selesai bernganti pakaian semuapun bersiap-siap untuk menempati sesuai dengan posisi masing-masing.

Tepat jam 11.00 siang kedua mempelai diiringin dengan musik khas daerah masuk keruangan resepsi menuju pelaminan untuk disandingi sebagai Raja & Pemasuri sehari , tamu2pun sudah banyak yang datang menunggu pengantin memasuki ruang dengan sabar, untuk memberi doa dan ucapan turut berbahagia atas pernikahan kedua mempelai. Suasana Minangkabau banget karena panggung di design dengan gaya rumah minangkabau bentuk khas rumah minang seperti ujung atap rumahnya runcing menyerupai tanduk kerbau.

Tamunya satu persatu menaiki pangung untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai dan selanjutnya dipersilahkan melahap makanan yang kami siapkan, meraka juga dihibur dengan musik organ tunggal dengan menyanyikan lagu daerah minang, tamu yang hadir juga cukup banyak tapi semuanya mendapat makanan yang cukup karena disediakan dengan berbagai rupa seperti, Nasi kapau, sate Padang , siomay, nasi goreng , es Krim , buah2 an minuman dan lain – lainnya.

Pukul 13.00 siang pesta penikahanpun selesai berakhir , maka berakhir juga tugas saya sebagai Among Tamu untuk kemudian kembali lagi melayani Customer untuk keesokan harinya sebagai tugas rutin dari perusahaan tempat saya berkerja.

Selamat Atas pernikahannya Erzan dan Vanny semoga kalian dapat menempuh hidup yang baru dalam rumah tangga dan dikarunia anak-anak yang sehat, cerdas dan berahlak serta mencitai kedua orantuanya. Amin

Dari Om Emran Hs & Kel.

Jumat, 22 Mei 2009

Pernikahan dengan Pakaian Palembang







Pernikahan Dilaksanakan Secara Adat Palembang
Nita & Vandy

Pada tanggal Minggu, 15 Maret 2009 saya ikut sebagai Among tamu pada acara Pernikahan Mainita Hidayati ( Nita ) Putri dari kel H.Keman AS dari suku Jawa, teman Sejawat dari AJB Bumiputera 1912, dengan Vandyarman Mulya Priyanda ( Vandy ) Putra dari Ir H Chrisna Damayanto dari suku Palembang, bertempat di Gedung Bidakara, Birawa Room Hotel Bumikarsa Pancoran-Jakarta Selatan.

Tepat pukul 11.00 Wib Acara dilaksanakan dengan adat pelembang kedua pengantin memasuki ruangan repsesi dengan urutan kedua mempelai, Ayah & Ibu kedua mempelai, Saudara kandung kedua mempelai, menuju kepelaminan untuk disandingkan dengan di irinngi Rabana dan di kawal dua orang prajurit berpakaian adat Palembang dan disambut oleh beberapa penari yang juga berpakaian daerah Palembang.

Dengan diselingi tari dari penari Putri yang cantik2 berpakaian daerah Palembang dan pantun, membuat tamu yang hadir dengan cermat mengikuti acara perhelatan pernikahan tsb, mereka dengan sabar menunggu kedua mempelai tersebut naik ke atas panggung menuju singgahsana untuk di sandingkan sebagai Raja & Pemasuri sehari. Yang nantinya kedua mempelai akan menerima Ucap selamat dari tamu2 yang mereka diudang.

Kemudian kedua orang tua mempelai dengan diwakili oleh masing pihak memberikan sambutan berupa petuah2 maupun wejangan mengenai pernikahan agar kedua mempelai tersebut dapat melewati masa2 sulit dalam mengarungi samudra kehidupan,dan menjadikan mereka sebagai keluarga berbahagia sampai di hari tua mereka, selanjutnya pembacaan Doa untuk kedua Mempelai oleh Ustad Swasono agar mereka nanti bisa menjadi keluarga Sakinah mawadah dan warochmah,

Tempat pukul 11.35 siang setelah pembacaan doa selesai, para tamu dipersilahkan berbaris menuju pelaminan untuk memberikan doa dan ucapan selamat kepada kedua mempelai dan dilajutkan menikmati makan siang yang telah disiapkan oleh kedua mempelai.Dan tak lupa juga para tamu dihibur oleh Simply Six Band untuk menghidupkan suasana pesta pernikahan tsb.

Sedangkan saya sendiri sebagai Among Tamu disibukan menerima tamu yang jumlah cukup banyak, tediri dari kedua belah pihak keluarga maupun teman2 mempelai, dan mempersilahkan mereka untuk menikmati sajian yang ada, banyak juga para tamu2 diabadikan berfoto bersama, dengan kedua mempelai sebagai kenangan2an bagi mereka

Mejelang pukul 13.00 siang tamu2 yang datang mangkin berkurang dan kami dari Among tamu bergatian untuk makan siang ditempat yang sudah disiapkan, kemudian kamipun diabadikan juga berfoto dengan kedua mempelai untuk dokumentasi. Setelah tamu beransur-ansur pulang karena waktu untuk gedung harus selesai dipakai jam 13.00 siang, maka berakhir juga suatu pesta penikahan antara dua suku berbeda yang sangat meriah antara Nita & Vandy, membawa suatu kenangan-kenangan mudah2 sekali untuk semur hidup, yang tak dapat dilupakan oleh kedua mempelai .

Selamat Menempuh Hidup Yang Baru

Semoga selalu berbahagia sampai di Hari Tua

Untuk Nita & Vandy


Selasa, 12 Mei 2009

Pernikahan Septi & Tya







Pada Tanggal 19 April 2009 di JCC Senayan diadakan pesta pernikahan antara Septi Arun Dwi Saputra 25 tahun, Letnan Dua Pernebang TNI AU anak Dari Marsda TNI ( Purn ) Bpk Sutrisno SP dan Kania Devi Restya 24 Tahun, adalah anak dari BpkMarsekal TNI AU (Purn) Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI Pertama di Indonesia yang berasal dari kesatuan TNI AU

Saya datang berdasarkan undangan dari keluarga Marsda TNI (Purn) Bpk Sutrisno SP yang merupakan teman sekolah waktu kami sama2 duduk dibangku sekolah SMP III di Palembang pada tahun 1960, beliau waktu itu tinggal di Pelabuhan Udara Talang Betutu.
Tepat pukul 18.30 upacara pesta pernikahan Septi @ Tya diawali dengan Tradisi Pedang Pora , untuk menghormati seorang penerbang dengan barisan pengawal dengan pakaian lengkap kebesaran TNI AU serta senjata pedang terhunus, bebaris dikiri dan dikanan, sedangkan kedua pengatin berada ditengah barisan tsb.

Dengan satu aba2 dari komandan pasukan, diperintahkan bergerak, barisan berjalan perlahan lahan dengan tegap menuju kepelaminan pengantin, diikuti kedua mempelai, mempelai pria memberi hormat secara meliter kepada rekan2nya sedangkan tangan kirinya memengang sebuah lilin yang menyala, semua lampu ruangan aula dimatikan. Setelah sampai didepan pelaminan komandan pasukan memerintahkan pasukannya berhenti, kemudian komandan pasukan memerintahkan pasukan mengelilingi kedua pengantin dengan formasi lingkaran, sehingga kedua mempelai berada ditengah2 tengah lingkaran.

Selanjutnya komandan pasukan memerintahkan kepada semua barisan pengawal untuk memberikan hormat terakhir kepada kedua mempelai, dengan sigap semua pasukan memberi hormat senjata secara meliter, selanjutnya mereka berbalik kebelakang dengan mengangkat pedang mereka, dan membentuk dua barisan kembali, yang satu barisan kesebalah kanan, dan satu barisan lagi kesebelah kiri kembali kedua pengantin berada di tengah2.

Dilanjutkan dengan menyerahkan tropi sebagai perlambangkan dari kesatuan penerbang bahwa mempelai pria sudah sah melepaskan masa lanjangnya, kedua mempelai selanjutnya langsung menuju panggung singgahsana untuk duduk bersanding diikuti barisan pengantar mempelai sebagai Raja sehari . Mereka sekarang harus menerima para undangan, yang datang dari berbagai bagai Angkatan, keluarga kedua belah pihak, lapisan masyarakat maupun petinggi negara antara lain dihadiri Oleh Orang No.1 Indonsia Pres SBY, Wakil Pres Jk serta Ex Ketua Golkar Akbar Tanjung dll.

Hadir juga sebagai pembawa acara sdr Tantowi Yahya desertai Rekannya dari TVRI yang namanya saya lupa, para tamu undangan dengan tertip mengantri dari pintu masuk sampai kepelamin membetuk barisan yang panjang dengan tertip.Saya sendiri dibarisan belakang karena pada waktu acara berlangsung tamu2 sudah mulai berbaris menunggu sampai upacara selesai.

Ini ádalah suatu pesta pernikahan yang meriah yang pernah saya hadiri, antara dua anak mantan petinggi TNI AU (Purn), para undangan yang datang cukup banyak sehingga untuk sampai kepelaminan membutuhkan waktu ½ jam, saya baru bisa mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Setelah tamu selesai bersalaman mereka dipersilahkan menikmati makanan yang sudah tersedia diruang utama, maupun diruang depan dengan berbagai rupa makanan disajikan, Antaranya makanan keraton , somay, kambing guling, eskrem dll semua tersedia tingla kita memilih sesuai dengan selera kita masing2.

Menjelang jam 20.30 ketika saya mau pulang tamu yang datang masih ada, antrian masih panjang sampai didepan pintu masuk, dipakiran dekat pintu masuk saya masih sempat mengambil foto, mobil pengantin Mercedes Merah Ben Sport.



Selamat Menempuh Hidup Yang Baru
Semoga Selalu Berbahagia Sampai
Dengan Hari Tua
Untuk
Septi & Tya

Emran Hassan
20 April 2009

Senin, 20 April 2009

Kartini Dan Islam

Kartini dan Islam

Tentang Islam

Tulisan ini sengaja saya tampilkan lagi karena pada Tgl 21 April 2009 adalah hari kelahiran R Ajeng Kartini yang dibesarkan dalam lingkungan keraton, Sekedar untuk mengembalikan ingatan kita bahwa ada seorang wanita yang mempunyai pandangan luas tentang islam, saya sangat mengagumi beliau, karena pemikiran, pandangan serta wawasan yang sangat luas melampaui jauh kedepan melawati jaman semasa beliau hidup.

· Ditengah kesepian dalam pingitan,pandang-pandangan Kartini tentang tema keagamaan begitu mendalam. Kartini melakoni dan memahami Islam tidak taken for granted .Baginya, berislam haruslah masuk akal dan sesuai dengan pemikiran.Ia mengakui kalau keislaman yang ia anut adalah semacam turunan dari nenek moyangnya. Seperti pada umumnya orang beragama,ia juga tak pernah diberi kesempatan untuk memilih agama apa yang ia kehendaki. Doktrin dan ritual di wariskan begitu saja.

· Walau begitu ,Jiwa pencarian Kartini tak pernah mati,”Tibalah waktunya jiwaku mulai bertanya: mengapa aku lakukan ini, mengapa ini begini dan begitu? “ pergolakan Kartini tentang keislam begitu dahsyat sehingga “ sesuatu “ yang menurut dia tak dipahami,dia tinggalkan.Dia lebih mengedepankan hal-hal yang masuk akal, hal yang bersifat substantive dibanding formalitas tapi dia tak mengerti .Kata Kartini “Jadi kami putuskan untuk tidak berpuasa dan melakukan hal-hal lain yang dahulu kami kami kerjakan tanpa berpikir, dan yang kami pikirkan sekarang ini tak dapat kami kerjakan tanpa berpikir, dan yang kami pikirkan sekarang ini tak dapat kami kerjakan.Gelap-kami merasa kegelapan –tak seorang pun mau menerangkan kepada kami apa yang kami tidak mengerti”.( Surat 15 Agustus 1902,kepada E.C.Abendonan )

· Sikap seperti itu tak membuat Kartini meninggalkan Agamanya. Bahkan proses pencarian ini semangkin meneguhkan keyakinannannya. Ia tetap menjadi Islam meski yang paling utama buat dia adalah kepercaan pada Tuhan meski ia diperlakukan tidak adil karena posisi sebagai perempuan, pandangan dia tentang Tuhan sangatlah positif, Kartini tidak pernah menyalahkan Tuhan, yang paling utama buat dia adalah kepercayaan pada Tuhan. Ia melakoninya sebagai sebuah takdir yang harus ia jalani dengan positif. Bagi Kartini, takdir itu bukan fatalisme atau penyerahan diri sehingga kehilangan kepercayaan diri: hanya pasrah dan menerima kondisi kita. Takdir menurut dia bisa mewujud menjadi suatu upaya dan usaha terus menurus tentang tugas yang diberikan Tuhan untuk meningkatkan diri dan melakukan hal yang terbaik. Ia terus menerus berproses dan mencari . maka tak mengherankan , meski dia dikungkung, pemikiran-pemikiran cerdas tetap keluar deras melalui tulisan tulisan. Lewat pemahaman seperti ini, saya melihat, Tuhan dimata kartini adalah kebajikan. Tuhan hidup dan hadir didalam hati dan jiwa manusia.

· Seperti yang diulas dengan bagus oleh Pramudya Anana Toer dalam bukunya Pangil Aku Kartini Saja , pandangan Kartini “Tuhan kami adalah Nurani, Neraka dan Surga kami adalah Nurani kami. Dengan melakukan kejahatan, Nurani kamilah yang mehukum kami, dengan melakukan kebajikan, Nurani kami pulalah yang memberi Kurnia.”

Tentang Poligami.

  • Dalam lingkungan kehidupan bangsawan Jawa tempat Kartini hidup, praktek poligami merupakan hal lumrah. Kebiasaan dan adat istiadat yang hidup dikalangan masyarakat , khususnya di kalangan priayi Jawa yang berkedudukan tinggi, memang menempatkan kedudukan perempuan tidak sama dengan kaum lelaki. Perempuan hanya berharga apabila ia dihubungkan dengan soal perkawinan. Dan perkawinan itu pun malah menjadi puncak penderitaan perempuan. Sebab, meskipun menjadi istri sah dari suaminya, para perempuan dituntut dan haruskan berbagi suaminya.

  • Kartini melihat kenyataan tak adil ini dengan kegeraman,” Saya akan menyinggung kaum lelaki dalam sifat mereka yang selalu mementingkan diri sendiri, egoistis. Celakalah mereka itu, yang menganggap egoisme lelaki semacam sesuatu yang sah dan adil “ Kartini tidak membesar- besarkan soal polgami ini, ia tidak berhayal, karena ia mengalami kepedihan akibat pratek yang menciptakan ketidak adilan ini dalam keluarganya yang terjadi pada ibunya sendiri.

  • Ibu kandungan Kartini yang bernama Ngasirah bukanlah raden ayu meskipun ia menjadi istri sah Bupati Sosroningrat, ayah Kartini .meski menjadi istri sah dan telah melahirkan delapan anak, Ngasirah tak berhak tinggal di rumah utama dan tidak dianggap sebagai ibu. Ia diperlakukan sebagai pembantu dan sekadar melahir kan anak. Ngasirah harus merangkak-rangkak dan menundu-nunduk karena ia berasal darimkalangan jelata,sementara ia dan saudara saudaranya karena berasal dari benih bangsawan bapaknya harus dihormati dan disembah oleh ibu kandungan sendiri.Sekalipun Kartini tidak pernah mengunkapkan secara terbuka penderitaan yang dialami ibu kandungnya, bisa dibayangkan bagaimana perasaannya melihat keanehan kehidupan keluarganya.” Saya melihat neraka dari jarak dekat – malahan saya berada dalamnya. Saya telah menyaksikan penderitaan ,dan merasakan sendiri kesengsaraan ibu saya, karena saya adalah anaknya.”

  • Perlawanan Kartini terhadap poligami dikalangan bangsawan Jawa pada akhirnya membawa dia kesadaran bahwa ia sendiri sudah hidup dalam bayang bayang musuh besar yang dilawannya. Ia sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan lawan yang amat bengis dan kuat yang didukung adat istiadat,bahkan juga dibenarkan oleh agamanya, Islam. Tulis Kartini,”Saya putus asa. Sebagai manusia saya merasa seorang diri tidak mampu melawan kejahatan berukuran raksasa itu,dan yang aduh, alangkah kejamnya ! Dilidungi oleh ajaran Islam dan dihidupi oleh kebodohan perempuan sebagai korbannya,! Aduh ! saya pikir mungkin pada suatu ketika nasib menimpa kepada saya suatu siksaan yang kejam yang bernama Poligami itu! Saya tak mau ! mulutku menjerit ,hatiku mengemakan jeritan itu ribuan kali ?” ( Surat kepada Nyonya Abendanon Mandri Tertangal Austus 1902 )”

  • Tiga tahun kemudian setelah menulis itu kejahatan besar selama ini ia lawan menimpa dirinya.Ia menikah dengan lelaki yang sudah memiliki tiga istri dan tujuh oran anak. Sebulan sebelum ia menikah, Ia menulis surat kepada Nyonya Abendano bahwa ia merasa telah mati sia-sia. Secara fisik dan moral telah patah, tak mempunyai kekuatan apa-apa lagi. Ia merasa gagal dalam perjuangannya, tak suatupun hasil yang dicapainya. Semuanya, segala cita-cita telah runtuh oleh egoisme orang-orang karena dilandasi tradisi dan Agamanya.

  • Setelah menikah, Kartini tidak memberontak lagi, tidak menjeritkan kegelisahan dan protesnya terhadap kedudukan dan nasib perempuan Jawa, termasuk soal Poligami .Tampaknya Kartini berusaha berdamai dengan keadaan yang dialaminya meski, menurut saya, (penulis) usaha itu tak berhasil. Kartini tetaplah tak bisa berlangsung lama dalam kehidupan pernikahannya. Empat hari setelahkan melahirkan anaknya, ia meninggal, membawa cita-cita dan perjuangannya meski cita-cita dan perjuangan itu tak akan pernah mati sampai detik ini.


Koran Tempo selasa 22 April 2008
Nara Sumber : Nong Daro Mahmada
Peneliti Freedom Institute dan Jaringan Islam Liberal

Kamis 20 April 2009
Utk direnungkan.

Kamis, 16 April 2009

Sekilas Mengenai Pempek ( Makanan Khas Kota Palembang


Membicarakan Pempek tentunya kita akan ingat dengan Kota Palembang yang terletak ditepian sungai Musi dengan Jembatan Ampera yang terkenal membelah kota palembang menjadi dua yaitu seberang ulu dan seberang ilir. Awal kepindahan saya dimulai pada tahun 1952 dari tempat asal saya kota Padang Sumatera Barat, setahu saya makanan pempek ini sudah ada saat datang ke kota ini, dan merupakan makanan kesukaan saya sampai saat ini.

Pempek ini bukan asli dari makanan wong palembang itu sendiri, tetapi adalah perbauran antara budaya etnis cina dengan wong Palembang, makanan khas ini awalnya dijual oleh mpek2 ( kakek2 cina ) dengan berkeliling kampung dengan memikul bakul, entah bagaimana cara mereka meneriakan makanan yang terbuat dari sagu itu kemudian menjadi mpek2 (pempek). Tahun berganti tahun lama2 kemudian menjadi mata pencaharian dari masyarakat pelembang dengan ikut membantu menjadi penjual dangan mendapat upah dari penjualan tsb.

Selanjutnya mereka juga mencoba untuk membuat sendiri serta menjual langsung kepada masyarakat dengan berkeliling kampung, diikuti juga oleh warga daerah disekitar kota Pelembang sehingga merupakan makanan yang tak dapat dipisahkan dari masyarakat daerah Pelembang Chususnya. Kemana kita pergi akan kita temui orang menjual pempek ini baik dari kelas gerobak maupun yang menjajakan secara keliling serta kelas yang ada direstoran, maupun kelas di hotel2 palembang, sedangkan mengenai rasa tergantung dengan seleranya masing masing.

Bahan untuk pembuatan Pempek dibuat dari tepung sagu dengan campuran ikan belido ( Belida) ikan Khas sungai Musi , kemudian lama kelamaan dengan berkurangan hasil tangkapan Belida maka bisa juga dengan ikan gabus ataupun ikan tenggiri. Kedua bahan ini dicapur dengan ikan yang sudah dihaluskan diberi garam secukupnya, selanjutnya dibentuk menurut jenisnya seperti Pempek kapal selam dengan isi kuning telor, pempek adaan dengan diberi daun bawang sebagai pelezat, pempek lenjer, pempek kulit, pempek kriting ( seperti krupuk ), pempek pastel dicampur dengan parutan pepaya, semuanya lalu direbus sampai mateng dan didinginkan dan siap untul dijual.

Tidaklah lengkaplah apabila makan pempek ini tidak memakai cuka, untuk itu kita buatlah cukanya. Sebagai kelengkapan bahan yang diperlukan untuk pembuatan cuka, diperlukan bahan2 seperti, gula aren (gula merah) dari palembang, kecap juga dari palembang, cabe rawit , udang kering dan cuka tentunya. setelah semua ada sesuai dengan takarannya lalu dimasak sampai dengan mendidih kemudian didinginkan, dan bisa disimpan dalam kulkas biar tahan. Soal rasa dari cuka ini tergantung siapa yang membuatnya

Pempek yang terkenal di Palembang pada waktu saya masih di SMA pada tahun 1960 adalah Pempek Mang Dolah 8 illir Pelambang (Pasar Kuto), Pempek 26 illir yang ini sempat pada tahun 1980 berdagang di Roxi dekat Bioskop Roxi , Pempek Saga dibioskop Saga. Setiap malam selalu dikunjungi oleh orang dari mana saja, rasanya luar biasa sekali pempeknya lembut gurih ikannya terasa sekali, begitu juga dengan rasa cukanya, pedas, manis, asam,bercampur aduk, apalagi bila dimakan pempeknya selagi panas, hmmm ......nikmatnya.

Untuk melepaskan kerinduanku terhadap makanan Pempek ini pada tgl 9 April 2009 jam 10.30 setelah pemilu, saya keluar mencari makanan kesukaan, dan yang aku pilih adalah Pempek Pak Raden cabang Bekasi yang dikelola oleh Pak Devin masih Cabang dari Depok. Saya juga berjumpa dengan Bapak I Nyoma Suyasa berserta Istri dan anaknya yang berasal dari Bali, datang juga menikmati makan Pempek khas Palembang.

Menurut beliau ini sudah menjadi kebiasaan sejak dulu, mereka sangat menyukai makanan Pempek khas Kota Palembang, jadi makanan Pempek ini sudah meluas sampai ke pelosok Nusatara tanpa memandang dari daerah dan suku mana mereka berasal. Semua menyukai Pempek Khas Palembang yang menjadikan ciri suatu daerah tertentu di Nusantara kita yang perlu kita lestarikan sebagai salah satu bagian dari macam2 masakan kuliner.

Sekarang untuk mencari makanan Pempek khas kota Palembang tidak begitu sulit karena kebaradaan sudah tersebar di Jabodetabek sbb:

Bekasi Ada 1. Pempek Pak Raden di JL: A.Yani Blok A10 No.12A Komp Ruka Sentral Niaga
2. Pempek Gaby sebelah Mall Naga di Stasiun Kranji
Depok 1. Pempek Pak Raden Jl; Margonda Raya dengan Cabang2 di Bandung ,Jakarta.

Jakarta ada1. Restoran Cawan Putih Jl Sabang
2.Pempek Pak Edy di Pakiran St Theresia
3.Pempek Megaria Jl: Diponegoro Menteng
4.Pempek Garuda di Jl: Garuda Kemayoran

Jakarta Sel. 1. Pempek Pak Johan Jl: Raya Cileduk Petukangan Selatan

Jakarta Barat.1. Pempek( Pak Raden) Pak Iwan Rifai Jl: Raya Pesangrahan

Nah sekarang terserah anda yang ingin menikmati Pempek khas Pelembang ini silahkan. tinggal mencari di Wilayahnya masing2 utk sekedar ingin melepaskan kerinduan terhadap kampung halamanan maupun penggila makanan Pempek Khas Palembang ini.

15 April 2009

Selasa, 31 Maret 2009

Tragedi Kabupaten Tanah Datar (Sum-Bar) dan Situ Gintung

Kembali Allah Swt Memberikan Cobaan kepada umatnya, adakah manusia melihat akan tanda2 itu ?, setiap terjadi suatu musibah besar, tanpa kita duga sebelumnya selalu memakan korban, Anak, Istri, Suami, Sanak keluarga, Harta benda, serta handai tolan. Misalnya seperti Peristiwa Sunami di Aceh, Situ Gintung di Kelurahan Cireundeu di Tanggerang, Banjir Bandang di kabupaten tanah datar Sumatra Barat, dll disuatu tempat, saya selalu memperhatikan suatu kenyataan bahwa betapa Allah menunjukan keberadaannya , melalui simbol 2 Mesdjid sebagai Rumah-Nya tidak tersentuh oleh keganasan suatu tragedi besar tsb diatas.

Ini berarti bahwa Allah swt sangat mudah menghancurkan apa 2 yang ingin dihancurkan, dan melindungi apa 2 yang ingin dilindunginya, di Aceh dalam Peristiwa Sunami Mesdjid tetap berdiri dengan kokoh , sedangkan bangunan yang berada di kiri kanannya rata dengan tanah, begitu juga dengan peristiwa di Situ Gintung kembali Mesdjid tidak tersentuh, tetap berdiri dengan kokoh, banjir hanya menghancurkan bangunan di kiri kanan , kemudian di Padang terjadi bandjir bandang , kembali Mesdjid tetap berdiri dengan kokoh , bukankah ini suatu pertanda bagi kita atas kekuasaan-Nya ?.

Maka Wajiblah kita sebagai manusia Berdoa kepada Allah Swt, Rasullah saw bersabda, Bacalah doa ini di waktu pagi,

"Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya.Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Apa yang Allah kehendaki pasti terdjadi, sedangkan apa yang tak Allah kehendaki tak mungking terjadi. Aku megetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu.'(H.R,Ibn al-Sunni)
Siapa yang membaca zikir tersebut di waktu pagi ia akan terlindung dari malapetaka hingga petang. Dan siapa yang membaca di waktu petang, ia akan terlindung hingga pagi" (H.R.Ibn al-Sunni)
Diceritakan bahwa jika hendak tidur, Nabi Muhammad saw. berdoa "Ya Allah, selamatkan aku dari siksa-Mu di saat Kau bangkitkan para hamba-Mu 3 x . biasa meletakan tangan kanannya di bawah pipinya. ( H.R. Abu Dawud dan al-Tirmidzi ) dari Buku Zikir Penenteram Hati Ibn ' Atha'illah ( w.709 H / 1350 M ) Penulis Al-Hikam

Senin, 23 Maret 2009

Perjalanan Dari Jakarta ke Manna ( Bengkulu )

Laporan Perjalanan

Melalui Lintas Tengah dan Utara Sumatra ke Kota Manna PP

Laporan Perjalanan ini saya buat untuk bahan bagi Mereka yang akan pulang ke Sumatra melalui jalan darat menyisir pantai pulau Sumatra bagian Utara, sebagaimana perjalan pulang ke Jawa melalui pantura. Perbedaan tentu ada, maka laporan ini saya tulis sebagai acuan untuk mereka yang pulang ke Sumatra melalui darat.

Lima hari setelah Hari Raya Idul Fitri yaitu, tepatnya pada tanggal 08 Oktober 2008 saya beserta keluarga akan berangkat dari duret sawit menuju ke kota Manna, yang masuk willayah Propinsi Bengkulu dalam rangka menghadiri akat nikah keponakan kami, yang calon istrinya berasal dari kota tsb.

Adapun perjalanan tsb kami akan lakukan, melalui darat dengan kendaraan ELF Izuzu Panther tahun 2008 dengan berbahan bakar solar, segala persiapun kami atur sedemikian rupa antara lain; peta perjalan dengan route yang akan ditempuh, kondisi kendaraan dengan segala perlengkapan, jadwal lama perjalanan berapa jam, dengan waktu istrahat berapa lama, dan rencana menginap malam di kota terakhir yang kami tempuh.

Setelah semua persiapan kami atur maka jam 5.30 kami berangkat dari Duren Sawit menuju Merak , lama tempuh parjalan +/- 1 jam pada pukul 6.30 kami tiba di Merak dan langsung menuju kapal Roro utk menyeberang , pukul 7.00 pagi kapal roro yang kami tumpang meninggalkan Pelabuhan Merak, setelah 2 jam perjalanan laut, kapal merapat di bakauheni dan langsung meneruskan perjalanan .

Route perjalanan yang kami ambil adalah Bakauheni ,Kalianda ,dan Bandar Lampung adapun kondisi jalan cukup baik dan mulus, hanya sedikit berlobang, jalannya menanjak dan menurun serta berliku liku, kota yang kami lalui cukup ramai, dan arus balikpun dari arah berlawanan menuju Bakauheni untuk pulang ke P Jawa masih cukup ramai dan terkendali, jam 11.30 kami mampir dirumah makan Padang Begadang IV rumah makan yang cukup terkenal didaerah perjalan lintas Sumatra, disini semua sarana cukup baik bersih dan semua sarana ada dari makan, toilet, mesjid serta penginapun ada, bagi yang ingin menginap untuk sekandar melepaskan lelah bagi mereka sedang melakukan perjalanan jauh dari pulau Jawa.bisa disini.

Selanjutnya setelah makan siang dan beristrahat, perjalanan kami lanjutkan melaui route Bandar Lampung menuju Kotabumi melalui kampung kampung seperti Gunungsugih dan Terbanggibesar , untuk kondisi Jalan kembali saya laporkan 90% jalannya mulus dan baik, dengan lebar jalan cukup untuk selesih dua buah mobil besar lintas Sumatra. Kepadatan untuk arus balik masih terasa sedangkan kami menuju kearah yang berlawan kondisinya tidak begitu ramai sehingga perjalanan cukup menjenangkan.

Mengenai kehidupan social masyarakat yang kami lihat secara sepintas, adalah berkebun serta bertani suasananya berjalan dengan tenang dan damai, berbeda dengan kehidupan kota besar kelihatan sibuk dan kesan tidak peduli. Tidak ada hal yang menarik di perjalanan disini kecuali kondisi Jalan yang baik dan mulus.serta dikiri kanan jalan terlihat rumah penduduk diseling kebun dan hutan yang tidak begitu lebat. Adapun yang paling menonjol disini adalah bentuk rumah panggung empat persegi panjang dengan ciri khasnya berjendela banyak dan mempunyai teras. Untuk fasilitas listrik disini sudah masuk dan hiburan satu2nya adalah dengan menonton TV untuk itu mereka memasang antene sejenis Parabola kalau dikota hanya terlihat dirumah orang2 kaya pondok Indah dll.

DiKotabumi kami tidak beristrirahat dan perjalan kami teruskan ke kota Bukitkemuning dengan jarak tempuh 45 km, untuk Fasilitas Jalan kembali saya acungi jempol karena kondisi jalan sampai dengan Bukikemuning sangat bagus dan mulus beraspal. Dalam perjalanan disini, sesuai dengan nama kotanya Bukit kemuning jalannya menanjak serta menurun dikarenakan melalui bukit barisan dengan dikiri kanan rumah penduduk serta hutan2 dengan jarak tertuntu kadang rapat Disini Supir masih belum mendapatkan tatangan yang berarti kerena setuasi jalan yang masih baik.

Sesampai diBukitkemuning kami berhenti sebentar untuk mengisi bahan bakar Solar full tank setelah yang pertama kali kami mengisi Solar di perjalan ke Merak pagi tadi. Perlu juga kami beritahukan selama perjalanan dari Bakauheni sampai ke Bukitkemuning jalan sangat sepi dan Pompa bahan Bakar Pertamina adanya dikota besar saja, maka sebaiknya kita mengisi bahan bakar ditempat Pompa bahan Bakar Pertamina dengan full tank dikarenakan sepanjang jalan melalui kota kecil jarang sekali ditemui pompa Bahar Bakar Pertamina.

Setelah diguyur hujan di Bukitkemuning yang cukup lebat kami melanjutkan perjalanan ke kota Liwa dengan jarak tempuh lebih kurang 91 km, sepanjang jalan menuju kota Liwa supir harus sedikit berhati hati dikerenakan jalan yang ditempuh menanjak dan berliku liku, sekali lagi kami melihat Ciri ciri khas rumah panggung penduduk berbentuk empat persegi panjang dengan jumlah jendela yang banyak dan berteras didepan. Kondisi jalan disini juga masih baik dan mulus ini mungkin ini yang menjadikan perhatian saya, dikerena saya mendengar bahwa selama ini kodisi jalan Lintas Sumatra kondisinya kurang baik cendrung rusak. Kecuali jalan Bakauheni menuju Palembang melalui lintas tengah, jalanannya baik dan mulus sewaktu saya ke Palembang beberapa waktu lalu.

Masih sepanjang jalan menuju Kota Liwa arus lalulintas tidak begitu ramai, kondisi rumah2 panggung tsb kelihatan ada yang masih ditunggu, dan ada juga yang kelihatannya tidak ter-urus, mungkin ditinggali oleh penghuninya untuk merantau ke Jawa, satu dua kelihatan ada mobil berplat B yang menandakan adanya perantau pulang kampung dengan membawa keberhasilan dikampungnya. Menjelang magrib kami memasuki kota Liwa , disini saya melihat adanya Pompa Bahan Bakar Pertamina jadi apabila ingin mengisi Bahan Bakar sudah tidak ada masalah lagi. Kemudian kami mencari rumah makan Padang yang ada dikota Liwa kerena setelah makan di bandarlampung siang tadi baru sekarang kami akan makan lagi, semuanya sudah pada capek, lelah, dan lapar setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.

Setelah menemukan rumah makan ditengah kota Liwa maka kami makan dengan lahap yang kebetulan citra rasanya cukup enak bagi selera yang kebetulan saya berdarah minang. Menurut yang punya rumah makan tersebut dia sudah cukup lama tinggal di kota Liwa sejak tahun 1986 dan besok mereka juga akan pulang kampung menuju padang setelah lama tidak pulang.

Kondisi kota Liwa terletak dikaki gunung sehingga udara sangat sejuk sehingga kami memutuskan untuk menginap disini, menurut pemilik warung padang tersebut tidak beberapa jauh dari warung mereka, ada sebuah penginapan yang cukup baik dikota Liwa, kamipun segara menuju kesana dan menemui sebuah penginapan terdiri dari bebarapa kamar, yang nampaknya kondisi cukup baik untuk kami bisa menginap, kebetulan masih ada beberapa kamar kosong, dengan harga 1 malam Rp 100.000, fasilitas dua bed kami memutuskan menginap dengan mengambil 5 kamar untuk 11 org serta sarapan pagi karena besok pagi kami akan melanjutkan perjalanan lagi ke kota Manna.

Setelah semalam tidur dengan kedinginan pukul 5.00 pagi tanggal 09 Oktober 2008 jatuh pada hari kamis saya sudah bangun, udara masih berembun sampai2 air menetes dari atap penginapan layaknya sehabis habis hujan, kemudian saya sedikit berolah raga untuk memanaskan badan. Pada pukul 6.00 pagi kami diberi sarapan pagi dengan nasi goreng pake telor mata sapi dan teh manis panas atau kopi. Setelah semua sarapan kami bersiap-siap, untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Manna yang medannya masih belum kami ketahui.

Tepat pukul 6.30 pagi kami segera meninggalkan hotel, jalan kota Liwa masih sepi karena penduduknya masih banyak yang belum bangun. Mobil kami meluncur keluar kota menuju kota Manna dengan kondisi jalan raya yang baik dan mulus, karena kota Liwa terletak dikaki gunung maka jalan yang kami tempuh sekarang adalah menurun. Cepat dan pasti kami mulai memasuk hutan yang lebat diluar kota Liwa, Ternyata disinilah perjalan kami mendapat suatu tatang yang cukup seru dan tegang dikerenakan kami semuanya belum pernah melalui jalani ini.

Saya sendiri terposana dengan kondisi hutan yang lebat serta rimbun ini, dan terlebihnya lagi supir kamipun harus extra hati2 dikerenakan jalan yang menurun serta berbelok belok layaknya serperti ular yang berjalan, maka saya sebut tikungan maut ular, apabila supir kurang hati2 dalam menjalankan kendaraannya, maka bisa saja kami masuk kedalam jurang yang sangat dalam sekali, untung jalanan masih sepi sekali, berselisih dengan mobil yang berlawan arahpun jarang, disisi sebelah kanan jalan ada tebing dengan pohon yang lebat serta tinggi, Setelah jalan menurun kami juga menemui tanjakan yang terjal sekali yang sangat menguji kemampuan dari supir kami dan harus extra hati2.

Perlu juga saya beritahukan kendaraan yang kami pakai adalah Elf Izuzu dengan bahan bakar solar, jadi apabila sopir yang belum berpengalaman dalam medan seperti ini sangat riskan , apabila terlambat dalam mengganti porsnelling disaat tanjakan, bisa saja mobilnya mundur dan masuk kedalam jurang yang dalam, kelemahan dari mobil berbahan bakar solar, adalah pada tanjakan tidak kuat naik melawati tanjakan yang tinggi, tidak seperti mobil berbahan bakar premium..

Sepanjang jalan yang kami lewati,saya juga memperhatikan pemukiman penduduk setempat, serta kondisi sosial dari mereka, secara kasat mata saya tidak melihat kebun/ladang atau apapun dikiri kanan jalan, karena yang ada adalah hutan yang sangat lebat , dalam jarak yang tertentu mereka ada yang tinggal berkelompok maupun sendiri sendiri di pinggir jalan yang kami lalui, sesungguhnya apa pengahasilan dari penduduk setempat berkebun atau berdagang?, aktivitas mereka adalah duduk2 saja diteras rumah bersama istri dan anaknya.

Pada saat jalan menurun didepan mobil kami saya melihat tiga buah motor beriring -iringan yang membawa sesuatu, ternyata setelah saya perhatikan, ternyata mereka pedagang membawa barang dagangan berupa sayur-sayuran untuk dijual kepada penduduk, yang berada disepanjang jalan yang kami lewati. Sarana tranportasi umum yang melalui jalan dihutan tsb tidak ada, tapi disetiap rumah mereka saya melihat rata2 mereka sudah mempunyai kendaraan bermotor, dan tidak lupa juga dengan antene Parabola disamping rumah mereka untuk menonton TV, satu-satunya hiburan adalah melihat TV ini berarti tingkat sosial mereka cukup baik, dilihat dari apa yang mereka punya walaupun mereka tinggal ditengah hutan rimba, tetapi suasananya aman tentram jauh dari kehidupan hiruk pikuk layaknya kota kota besar,

Pemerintah juga sudah mengadakan aliran listrik ditengah hutan dan pegunungan hingga kerumah masing-masing penduduk, artinya pemerintahan setempat sudah memperhatikan rakyat dalam hal sarana Listrik dari PLN. Sungguh diluar akal kalau saya sendiri tidak melihat kenyataan ini. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memperhatikan kehidupan rakyatnya, mudah2an ini bisa menjadi contoh pemimpin yang lain. Setelah melalui jalan yang menurun dan tanjakan yang terjal dengan hutan yang perawan serta jalan yang baik dan mulus, sampailah kami didataran datar persimpangan kota Krui dipinggir pantai dan sawah, karena saya melihat bibir pantainya serta sawah yang terhampar habis dipanen. Kami sempat nyasar kejalan menuju kearah Kabupaten Bengkuna yang seharusnya kami berbelok kekanan menuju Bintuhan atau Manna.

Jarak yang akan ditempuh dari kota Krui sampai kota Manna sepanjang lebih kurang dari 175 km , tetapi kondisi jalan masih baik dan mulus , ini benar2 suatu perjalanan yang cukup nyaman, juga bagi mereka ingin pulang ke Bengkulu atau yang akan melanjutkan ke Padang, disamping arus lalulitasnya sangat sepi karena tidak banyaknya kendaraan umum yang melewati jalan ini, juga tidak menimbulkan stress. Untuk kondisi medan dikarenakan masuk kedaerah pantai atau pesisir, biasanya udara sangat panas, tetapi disini kondisi sangat berbeda, sebagian jalanannya datar dengan tanjakan yang tinggi serta menurun dan berbelok belok yang harus extra hati2, disebelah kiri jalan ada pohon pohon kelapa dan jurang yang dalam masuk ke lautan lepas ,sedangkan disebelah kanan jalan ada tebing yang tinggi dengan kerimbunan pohon pohonan jadi tidak merasakan panasnya pantai . Kalau kita pulang ke Jawa melalui Pantura jalannya datar serta lurus dan panas pada siang hari dikarenakan kurangnya pepohonan .

Selama menempuh perjalanan sampai ke Manna rumah2 penduduk semua sudah dibuat dari tembok dan di setiap rumah berdiri antene Parabola dengan megahnya menandakan status sosial mereka cukup baik,dan disepanjang jalan ini juga sudah banyak dibangun mesjid yang permanen dan baik. Suatu bukti bahwa masuknya agama islam ke nusantara ini memang melalui pesisir, ini dibuktikan ditengah hutan yang lebat itu terdapat makam seorang Ulama Islam yang bergelar Syech sedang di Ziarahi oleh masyarakat sekitarnya, saat kami melintas ditengah hutan dan kami tidak sempat berhenti, kami hanya melihat dari papan namanya. Sejak kapan dan tahun berapa .. keberadaan dari Makam Ulama Islam tersebut tidak jelas karena kami tidak berhenti untuk mancari informasi.

Suatu hal lagi yang sangat menonjol adalah jarangnya kami temui peminta sumbangan untuk pembuatan mesjid pada hal jumlah mesjid sangat banyak dalam ukuran daerah, hal ini berbanding terbalik kalau kita melakukan perjalanan dipulau Jawa banyak sekali peminta sumbangan untuk pembuatan mesjid, setiap kita memasuki suatu didaerah pulau Jawa, sering juga kami melihat kendaraan berlawan arah dengan kami berplat No B (mobil Jakarta ) dari arah yang berlawanan. Selama menempuh perjalanan sampai ke kota Manna, perjalanan kami tidak mendapat hambatan walau pun tiga kali kami menemui pohon yang tumbang ditengah jalan, tapi sudah dipotong sehingga perjalanan bisa lancar. Nampak juga sejumlah bendara partai dan umbul meramaikan pinggir jalanan disetiap kampung yang kami lalui kerena tgl 15 Oktober 2008 kota Bengkulu akan mengadakan Pilkada dengan jumlah kandidat sebanyak 9 Pasangan.

Kira2 jam 12.00 siang kami memasuki perbatasan kota Manna dan berhenti setelah menemukan Pompa Bahan Bakar satu 2nya untuk mengisi bahan bakar karena, dari kota Liwa sampai disini tidak ada pompa bahan bakar, tetapi ini tidak bisa kami lakukan dikeranakan petugas Pompa bahan bakar lagi beristrahat siang, tanpa dilakukan dengan Sheep layaknya seperti Pompa bahan bakar lainnya. Achirnya kami melanjutkan perjalanan kekota Manna tepat jam 13.30 kami sampai di kota Manna dan mencari Losmen untuk menginap, yang kebetulan bernama Ommeco dengan biaya permalam Rp 70.000, semalan dengan fasilitas 2 Bed tanpa sarapan dan fasilitas lainnya. Ini adalah biaya termurah yang kami temui dan tempatnya pun ditengah kota Manna di Jl.Sudirman.

Tetapi untuk beristrahat setelah makan siang tidak dapat kami lakukan dikarena di kota Manna terjadi pemadaman listrik, yang menyebabkan udara sangat panas walaupun ada kipas angin tapi tidak dapat digunakan, menurut pelayan Losmen ini setiap hari terjadi, menjelang sore hari baru listrik dihidupkan dengan menggunakan JenSet, sehingga kamipun bisa beristrahat kerena besok pagi harus menghadiri akad nikah keponakan kami. Didaerah Manna dan didaerah sekitarnya ada beberapa penduduk sedang mengadakan hajat pernikahan keluarga mereka, termasuk salah satunya keluarga dari besan untuk itu kami datang untuk menghadirinya, nampak lagi di Manna dan sekitarnya lagi musim pernikahan.

Setelah Beristrirahat semalaman pagi harinya jatuh pada hari jum’at kami bersiap siap untuk menghadiri acara akad nikah keponakan kami, yang akan dilangsungkan secara adat daerah Manna yang acaranya kami serahkan kepada pihak pengatin perempuan. Pelaksanaa berjalan dengan lancar mengunakan bahasa daerah, pengantin lelaki diwakilkan kepada ketua adat yang biasa melakukan apabila terjadi perkawin atar daerah yang berbeda adat istiadatnya. Setelah acara akad nikahnya selesai, kami dijamu acara makan siang, secara lesehan dengan pola kebiasaan adat mereka, yaitu kami harus membuat lingkaran bersama dengan kedua belah pihak keluarga masing,2 sedangkan ditengahnya ada tiga orang lelaki untuk melayani kami, ini khusus dilakukan untuk kedua belah pihak lelaki saja, sedangkan dari pihak keluarga wanita diadakan setelah pihak lelaki selesai makan, caranya saya tidak begitu tahu.

Segera semua lauk pauknya dihidangkan yang jumlah sangat banyak, ditempakan dalam piring2 kecil setiap piringnya berisikan dua potong ikan atau daging, layaknya makan diwarung padang, sayur, ikan, sambel , serta nasi dan segala macamnya beserta salah satu sayur menyerupai sayur lodeh dari santen berwarna putih terbuat dari umbut pohon kelapa, ini hanya dibuat khusus pada acara pernikahan saja, jadi apabila dalam kesaharian sayur ini tidak pernah dihidangkan dan rasa sangat enak serta gurih. Setelah semuanya siap, kami disuruh menyantap hidangan tersebut bersama sama dengan tiga orang lelaki yang melayani kami yang ada ditengah lingkaran, Setelah selesai bersantap dan dilanjutkan dengan hidangan penutup berupa kue kue kecil dengan minuman dingin teh manis serta kopi buatan keluarga besan yang copinya asli hasil pertanian daerah tsb.

Kira2 jam 10.30 kami selesai mengikuti acara rituil rituil adat pernikahan, yang dilaksanakan sesuai dengan adat setempat, maka berakhirlah semau acaranya kamipun dipersilahkan untuk bisa beristrirahat, perlu juga saya tambahkan disini ada laporan yang ketinggalan dalam hal pelaksanan nikah itu, yakni setiap peserta yang akan mengikuti acara pernikahan di Wajibkan berpakaian baju lengan pajang dilengkapi jas serta tak lupa pakai kain sarung dan pakai peci hitam, apabila hal ini dilanggar maka tidak diperoleh mengikuti acara tsb dan dilarang masuk keruangan ditempat acaranya dilaksanakan. Adat pantang dilanggar kerena sudah merupakan budaya turun temurun, sudah dimulai sejak puluh tahun lalu yang kapan itu dimulainya tidak ada angka pasti, mereka hanya mengikuti saja, sedangkan mengenai perlambang dari pakaian tersebut mereka juga kurang tahu karena sudah lama sekali dan berbaur dengan perantau yang datang ke kota Manna, yang berasal dari beberapa daerah seperti suku jawa, suku padang, medan serta daerah sumatra bagian selatan pada umumnya semuanya taat mengikuti adat setempat.

Pada malam harinya jam 19.30 acara dilanjukan kami hadir juga, menurut rencana akan diadakan 3 hari berturut turut juga merupakan tradisi, adapun malam itu kami dihibur dengan musik asli yang berasal dari kota Bintuhan yang jaraknya dari kota Manna cukup jauh, pemainya cukup banyak rata2 semua lelaki dengan pakaian lengkap terdiri dari baju lengan panjang berjas berkain sarung sampai dengan mata kaki serta berkopiah hitam. Dalam menyanyi mereka berganti ganti seperti berbalas pantun sambil menari nari, yang kadang2 dilakukan berdua atau berempat. Kalau didaerah melayu kota Medan antara penyanyi dan penari itu terpisah, dan penarinya juga bukan lelaki tetapi perempuan. Ini juga merupakan ciri khas untuk daerah Manna. Setelah mendengarkan bererapa lagu sambil kami dihidangkan makanan kecil serta kopi dan teh pukul 21.30 malam kami pulang ke hotel untuk beristrahat karena keesokan harinya kami merencanakan akan kembali ke Jakarta .

Hari sabtu pagi tanggal 11 Oktober 2008 pukul 7.00 kami masih diharuskan menjadi penerima tamu dengan pakaian seperti bagaimana waktu melaksanakan akad nikah, yaitu baju lengan panjang pakai kopiah hitam dan tak lupa pakai kain sarung adalah hari terakhir kami di kota Manna.menghadiri acara pesta pernikahan keponakan kami juga dimeriahkan dengan organ tunggal dengan penyanyi perempuan melantukan irama dangdut sudah mewabah di kota tersebut. Pukul 9.30 pagi kami mohon pamit kepada tuan rumah dengan dipandu oleh pembawa acara secara resmi diumumkan kepada tamu yang hadir bahwa kami tidak dapat mengikuti pernikaha sampai selasai,dari besan kami dibawakan bekal untuk diperjalan seperti nasi, lauk pauk serta beberap kue untuk persiapan makan siang nantinya, dan kami langsung ke hotel sambil berbenah serta cek out dari hotel.

Jam 10.00 pagi kami meninggalkan hotel Ommeco di kota Manna untuk melakukan perjalanan pulang menuju Jakarta, setelah mengisi bahan bakar solar full tank diperbatasan kota Manna yang satu2nya pompa bahan bakar pertamina yang ada, agar kami nanti tidak kehabisan bahan bakar dalam perjalanan selanjutnya nanti. Rencana perlanan pulang nanti kami tidak melalui Liwa lagi, tapi melalui Krui,Bengkunat, Kotaagung Bandarlampung dan langsung Bakauheni. Dari Manna kami kembali menjusuri pantai menuju Bintuhan yang kondisi jalannya seperti yang sudah saya ceritakan didepan jalannya baik dan mulus jurang dan tebing masih menemani kami dalam perjalanan, arus balikpun masih sepi walaupun sesekali ada kendaraan dari arah yang berlawanan, kami masih juga melihat adanya hajat pernikahan didaerah yang kami lalui, udara siang cukup cerah dan panas layaknya kota ditepi pantai.

Sekitar pukul 2.00 siang kami berhenti dipinggir pantai yang dekat dengan pemukinan penduduk untuk makan siang, karena semau sudah merasa lapar, bekal yang dibawakan oleh Besan kamipun kami buka, dan kamipun menemati makan siang sambil menikmati angin pantai yang kebetulan anginnya cukup kecang dan ombakpun bergulung menghepas dipingir pantai. Ditengah asyiknya makan tiba2 hujan turun kamipun masuk kedalam mobil dan saya berteduh dirumah penduduk sambil miminta secangkir kopi asli dari kebon mereka. Saya bercakap cakap dengan penghuni rumah mengenai tingkat sosial mereka, bahwa semua penduduk disini adalah berkebun kopi dibukit dan bertani sedangkan menjadi nelayan agak jarang, karena saya melihat tidak ada perahu2 nelayan dipantai, kondisi pantaipun tidak menunjang, ombaknya sangat besar sejauh mata memandang yang tampak adalah laut lepas tanpa batas.

Setelah beristrahat dan makan hujanpun telah reda, kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju kota Bintuhan dan kira pukul 16.00 sore kami memasuki kota Krui yang letaknya juga ditepi pantai, suatu keanehan yang saya lihat disini, adanya penarik beca layaknya beca di Jakarta betul2 suatu kejanggalan karena baru dikota ini saya mendapatkan beca, setelah melalui berberapa kota dipesisir pulau Sumatra tidak ditemui penarik beca, kota ini cukup ramai disepanjang jalan berderet toko menjual segala macam kebutuhan masyarakat setempat, toko swalayanpun ada seperti Alfamart, mejelang keluar kota Krui kamipun mencari sebuah mesdjid untuk melakukan sholat asar bersama. Setelah sholat kamipun melanjutkan perjalanan kami haripun makin gelap menjelang magrib, disinipun kami ditimpa hujan kondisi jalan disini masih baik tapi diselang selangi dengan jalan yang sedikit berlobang lobang dan agak sempit jadi harus sedikit berhati hati, kami menyusuri jalan pantai yang lurus sedikit bebelok belok dan sedikit hutan, yang banyak adalah kebon pohon kelapa milik penduduk disekitar pantai tersebut.

Beberapa hal lagi yang ingin saya laporkan adalah bahwa kehidupan masyarakat di sekitar pantai menuju daerah Bengkuna salah satu kota dipesisir sudah berbaur dengan perantau dari beberapa daerah, seperti pendatang dari Bali,dan Bugis, saya melihat ada bangunan pigura yang ada di Bali, untuk meletakan sesaji mereka sebagai rasa terimakasih meraka kepada sang pencipta Sang Hyang Widi serta Dewa2 meraka, Nampak juga rumah rumah panggung khas Bugis yang berbeda dengan rumah panggung masyarakat Sumatra, menurut apa yang saya lihat kodisi sosial mereka nampaknya masih kurang stabil, ini nampak dari rumah mereka yang kurang terawat dan masih banyak terbuat dari kayu dan sudah lapuk. Perbedaan ini sangat mencolok sewaktu kami melawati pesisir pantai menuju kota Manna yang rumah mereka sudah terbuat dari tembok . Untuk sarana listrik saya lihat juga belum semuanya tersentuh walaupun ada satu dua yang sudah memasang antene Parabola.

Haripun semakin malam perjalananpun masih jauh, jarak antar kampungpun mangkin jarang, jalanan sangat sepi gelap hanya lampu mobil jadi penerang karena kami sudah melintasi hutan ,kondisi jalan disini baik dan mulus kandang2 berbukit dan menurun sekali2 berselisih dengan kedaraan yang membawa barang dagangan ke daerah yang membutuhkan. Keberanian penduduk setempat sangat saya kagumi mereka berani melakukan perjalan sendiri dengan kendaraan motor, mengapa tidak seandainya terjadi kerusakan pada kendaraan mereka ataupun kehabisan bensin bagaimana mereka mengatasinya? bila diperhatikan saya tidak pernah melihat penjualan bahan bakar, maupun pompa bahan bakar petamina, selama dalam perjalanan melintasi daerah tersebut sejak meinggalkan kota Krui. Sesekali kami melihat rumah penduduk dipingir jalan tidak ada penerangan, saya tidak bisa memikirkan bagaimana mereka bisa hidup disepajang jalanan yang kami lalui dengan sarana serba tidak ada, seperti minyak tanah untuk penerangan rumah, maupun untuk beli kebutuhan untuk makan sehari hari, y dikota saja minyak tanah sendiri sudah langka bagaimana dengan mereka yang tinggal dipingir jalan lintas sumatra jauh dari dari pusat kota.

Menjelang memasuki kota Bondowoso ada di sumatra ini kami mendapati jalan yang sedikit rusak menurun sepanjang lebih kurang 3 km. sebagian ada yang bekas longsor sedang diperbaiki, kedaanpun sudah berbeda karena kami sedah melihat rumah penduduk dengan jarak antar rumah sedikit rapat. Disini keadaanpun tidak begitu ramai hanya sekali sekali kami melihat penduduk berdiri dipingir jalan, rumah merekapun sangat gelap karena tidak ada penerangan sama sekali, layak kami sedang melintas jalan yang dikiri kanannya hutan. Tetapi ini adalah kampung dengan rumah model panggung yang gelap gulita seperti tidak adanya penghuninya, setelah melewati kampung yang gelap karena tidak adanya penerangan listrik, kamipun sampai dikota Bondowoso dan melihat adanya penerangan sebuah pompa bahan bakar Pertamina yang pertama kami jumpai setelah menempuh perjalanan yang panjang dari Manna melalui Krui.

Kamipun berhenti untuk mengisi bahan bakar solar full tank sambil istrirahat serta ketoilet serta istrirahat sejenak, kondisi hujan rintik rintik,sayapun mendekati petugas pompa bahan bakarnya sedikit minta keterangan tentang pengadaan listrik untuk pompa bahan bakar ini,ternyata mereka tidak mandapat aliran listrik dari PLN tetapi mereka memakai listrik sendiri, karena sarana listrik disini sampai ke Kotaagung yang jaraknya lebih kuran 20 Km sering sekali mati, dapat dibayangkan bagaimana kehidupan masyarakat dengan kondinisi tidak mempunyai penerangan, melihat kondisi disetiap daerah masih adanya ketimpangan dalam pengadaan pemerataan penerangan listrik,sebagian sudah mendapat sebagian lagi belum. Setelah mengisi bahan bakar solar secara full tank dan beristrirahat, kamipun melanjuti perjalan kembali. Sekali lagi kami menjumpai kondisi yang gelap gulita dengan tidak ada penerang lampu disetiap rumah maupun disepanjang jalan menuju Kotaagung, ini memang boleh dikatakan kota mati atau kota hantu.

Menjelang pukul 21.00 malam kamipun memasuki kotaagung dengan kondisi sebagian gelap dan sebagian mempunyai penerangan yang mereka miliki masing, kamipun mencari rumah makan untuk mengisi perut kami yang sudah keroncongan dan kami menemui rumah makan padang yang ada ditengah Kotaagung. Setelah makan selanjutnya kami segera mencari penginapan untuk beristrirahat, satu2nya kendala selama melakukan perjalanan, baru di Kota Agung mendapatkan sedikit masalah dengan oknum DLLAJR yang meminta uang restibusi karena kami dianggap angkutan umum, pada hal kendaraan kami adalah berplat hitam dan sudah melalui kir sesuai dengan peraturan, hari juga sudah malam, dengan sedikit perdebatan kamipun dilepaskan untuk melanjutkan mencari rumah penginapan. Setelah mendapatkan rumah penginapan kamipun minta disediakan 4 kamar berfasilitas AC serta sarapan pagi dengan harga Rp 600. ribu untuk semalam, karena kelelahan kamipun segara tidur untuk melanjuti perjalanan pada keesokan harinya.

Kota Agung terletak dipinggir pantai ujung pulau Sumatra diantara diteluk yang diapit oleh dua semenajung sedangkan Bakauheni terletak pada akhir pulau Sumatra mendekati pulau Jawa. Hari adalah hari minggu tgl 12 Oktober 2008 setelah sarapan pagi jam 7.30 kamipun Cek out dari Hotel, kamipun mampir kepasar sebentar, untuk beli oleh2 pisang gepok dan pete yang tempatnya tidak jauh dari hotel. Setelah itu kamipun melajutkan perjalanan menuju Bandar Lampung jarak tempuhnya lebih kurang 115 Km. Udara pagi sangat cerah kondisi jalananpun baik dan mulus sepanjang jalanan menuju Bandar Lampung kendaran sudah ramai kesibukan masyarakat beraktivitas sudah bergeliat Selama dalam perjalan saya mengamati daerah daerah yang kami lalui, saya melihat daerah ini adalah daerah yang sumbur banyak sekali tanaman coklat tumbuh disepanjang jalan maupun di halaman rumah mereka, disamping itu lahan untuk pertanian padi juga luas musim panen baru berlalu sekarang menunggu masa tanam, yang nampak adalah lahannya belum mulai ditanam. Nampak juga bangunan berdiri ditengah sawah bertikat tingkat seperti rumah susun, tetapi itu bukan diperutukan bagi masyarakat melainkan digunakan untuk sarang burung Walet kalau dijual harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Memasuki kota Bandar Lampung kami sekali lagi dihentikan oleh petugas DLLAJR menanyakan kenapa kami tidak memasuki terminal, menerut yang bersangkutan setiap mobil yang berplat hitam yang telah diberitanda peneng bukti kir dari DLLAJR harus memasuki terminal, kamipun beragumen bahwa tanda2 atau peraturan tsb tidak terlihat, kami adalah rombongan yang melakukan perjalanan pulang dari hajatan perkawinan keluarga dari Manna dan kamipun dipersilahkan melanjutkan perjalanan. Dari Bandar Lampung menuju Bakauheni kondisi jalanan baik dan mulus arus kendaraan sudah mulai padat, karena truk2 besar yang membawa barang dagangan menuju pulau Jawa atau dari Bakauheni menunju kota2 didaerah Sumatra sudah memadati jalanan, sehingga perjalanan tidak begitu lancar hari sudah siang, dikiri kanan jalan hanya tampak bukit yang tidak begitu subur dan gersang. Jam sudah menunjukan 11.30 siang sebentar lagi akan sampai kepelabuhan Bakauheni untuk itu kami berhenti disalah satu restoran padang bernama Rumah makan Dua saudara IV yang terbesar di Lampung tempat makan setiap supir2 Truk maupun supir Bis yang menuju lintas Sumatra maupun yang menuju ke pulau Jawa.

Setelah makan siang kami langsung menuju Bakauheni untuk menyeberang ke Merak, dipelabuhan kami diperiksa oleh salah sorang petugas dari kepolisian menanyakan rombongan dari mana, setelah dijelaskan kamipun dipersilahkan memasuki kapal Roro, mungkin ini pemeriksaan rutin ataupun dikira rombongan TKI yang mau pulang ke Jawa. Menyeberang dari Bakauheni ke Merak memakan waktu lebih kurang 2 jam, kami baru lepas sandar dari Bakuheni jam 14.00 siang. Sampai dipelabuhan Merak jam sudah menunjukan jam 16.00 sore perjalanan kami lanjutkan, di pompa bahan bakar Pertamina berhenti untuk mengisi bahan bakar serta sholat asar. Antara Merak menuju Jakarta ( Duren Sawit ) masuk ke jalan Tol kondisinya sudah dapat diprediksi yaitu padat merayap, memasuki wilayah BSD terjadi kemacetan karena ada perbaikan jalan Tol yang sedang digali lebih kurang 1 Km. Begitu juga memasuki Jakarta wilayah slipi kembali ditemui kapadatan arus lalulitas. Maka kami baru bisa sampai di Duren Sawit tempat kami memulai perjalanan, setelah magrib dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam kalau kondisi normal adalah 1 jam perjalanan. Maka berakhirlah perjalanan saya sekeluarga menempuh perjalan PP dari Jakarta menuju Manna Lintas tengah dan Utara dengan segala suka dan dukanya, bagi yang ingin melukan perjalanan ke sumatra tidak ada salahnya untuk dicoba karena kondisi jalan yang baik dan mulus dan arus lalu lintaspun tidak begitu ramai.

Jakarta 29 ott. 08

Emran Hassan

Email emran_bumiputera@yahoo.com